Hal Sederhana yang Sering Diabaikan Para UMKM
Banyak pelaku UMKM di Indonesia memiliki semangat tinggi untuk menjalankan usahanya. Mereka giat berproduksi, berjualan, dan berinovasi. Namun, di tengah kesibukan membangun bisnis, ada sejumlah hal sederhana yang sering diabaikan para umkm padahal hal ini justru sangat penting dalam menjaga keberlanjutan dan pertumbuhan usaha.
1. Tidak Mencatat Keuangan dengan Rapi
Banyak UMKM masih mengandalkan ingatan atau pencatatan manual untuk mengelola keuangan. Mereka sering mencampur keuangan pribadi dengan bisnis, sehingga sulit mengetahui apakah usaha benar-benar untung atau justru rugi. Padahal, pencatatan sederhana seperti pemasukan, pengeluaran, dan laba harian bisa memberikan gambaran nyata tentang kondisi bisnis.
Transisinya, tanpa pencatatan yang jelas, pelaku UMKM akan kesulitan mengambil keputusan yang tepat. Misalnya, saat ingin menambah modal atau membuka cabang baru, mereka tidak memiliki data yang kuat untuk dijadikan dasar pertimbangan.
2. Mengabaikan Branding dan Identitas Usaha
Banyak usaha kecil tidak memiliki nama usaha yang jelas, logo, atau kemasan yang menarik. Mereka fokus pada produk, tapi lupa membangun citra yang mudah dikenali. Padahal, branding yang kuat bisa membuat usaha lebih dipercaya dan mudah diingat oleh pelanggan.
Sebagai contoh, meskipun dua produk memiliki kualitas yang sama, pelanggan cenderung memilih produk dengan kemasan menarik dan merek yang konsisten. Maka dari itu, pelaku UMKM perlu mulai memikirkan elemen visual dan pesan usaha mereka secara menyeluruh.
3. Kurang Memanfaatkan Teknologi Sederhana
Sebagian UMKM masih enggan menggunakan teknologi, seperti aplikasi kasir digital, pencatatan stok otomatis, atau bahkan media sosial untuk promosi. Mereka merasa teknologi itu rumit atau tidak sesuai dengan skala usaha mereka.
Pelaku UMKM dapat meringankan beban kerja dan menjangkau lebih banyak pelanggan dengan memanfaatkan teknologi. Pelaku UMKM meningkatkan efisiensi dan daya saing mereka dengan menggunakan alat digital yang tepat, melampaui pesaing yang masih menjalankan usaha secara konvensional.
4. Tidak Meminta Feedback dari Pelanggan
Pelaku UMKM sering kali terlalu fokus menjual produk, tetapi lupa mendengarkan pendapat pelanggan. Mereka jarang menanyakan apakah pelanggan puas, apa yang perlu diperbaiki, atau produk baru apa yang diinginkan pasar.
Feedback pelanggan sangat berharga. Dari komentar mereka, pelaku usaha bisa mengetahui kelemahan dan kekuatan produk mereka. Dengan memperhatikan masukan pelanggan, UMKM bisa melakukan perbaikan dan inovasi yang tepat sasaran.
5. Tidak Menyisihkan Dana untuk Pengembangan Usaha
Banyak UMKM langsung menggunakan seluruh keuntungan untuk kebutuhan pribadi atau operasional harian. Mereka lupa menyisihkan sebagian keuntungan untuk pengembangan usaha, seperti pembelian alat produksi baru, pelatihan karyawan, atau perluasan pasar.
Transisinya, tanpa dana cadangan dan investasi, bisnis sulit tumbuh dalam jangka panjang. UMKM perlu membiasakan diri untuk menyusun rencana keuangan jangka menengah dan panjang, meskipun skala usahanya masih kecil.
Kesimpulan
Mengabaikan hal-hal sederhana seperti pencatatan keuangan, branding, teknologi, dan feedback pelanggan bisa menjadi hambatan serius bagi UMKM. Padahal, justru dari hal-hal kecil itulah dasar bisnis yang kuat dibangun. Oleh karena itu, pelaku UMKM perlu mulai memperhatikan aspek-aspek mendasar ini jika ingin usahanya naik kelas dan bertahan dalam persaingan yang semakin ketat.
Ingin memperluas wawasan bisnis Anda? Jelajahi artikel inspiratif lainnya hanya di bosukm.com.